Tidak hanya komplek Pecinan saja yang terkenal, Lasem juga tenar sebagai Kota Batik. Berawal pada 1860-an, perdagangan candu menurun karena pemerintah Belanda memonopoli peredarannya. Sebagai ganti bisnis candu, masyarakat mulai beralih ke batik. Rumah batik mulai bermunculan di Lasem. Seiring waktu, Lasem menjadi Kota Batik yang produksinya terkenal hingga mancanegara, terutama di Malaysia dan Singapura.
Semua dimulai sejak kedatangan Na Li Ni si putri Campa bersamaan dengan sang suami, Bi Nang Un, yang merupakan anggota ekspedisi Laksamana Cheng Ho (1405-1433). Beberapa anak buah Laksamana Cheng Ho memutuskan untuk menetap di Lasem. Di antara yang menetap itu adalah Na Li Ni dan Bi Nang Un. Ringkas kata, merekalah orang yang memperkenalkan teknik membatik pada abad 15 di Lasem, hingga mencapai masa keemasan perusahaan batik Lasem yang dibangun oleh orang-orang Cina Lasem mulai 1860-an.
Perusahaan batik saat itu merupakan usaha yang paling menguntungkan setelah perdagangan candu. Menurut Veth dalam Salmon, pengusaha batik Lasem mengandalkan 2.000-an pekerja untuk proses artistik dan 4.000-an pekerja untuk proses lainnya.
Motif batik Lasem pun mendapat pengaruh motif simbolik tradisi Cina. Seperti motif naga lambang kekuatan keagungan, motif phoenix (burung hong) lambang kecantikan, atau motif bunga-bunga lambang keindahan dan kesejahteraan.
Terdapat juga penambahan motif lokal seperti fauna flora laut dan motif lokal lainnya, seperti motif kricakan yang melambangkan masyarakat Lasem bekerja rodi membangun Jalan Raya Pos. Mereka pun membuat kain batik panjang dan kain Tokwi (penutup meja altar persembahan/zhuowei) yang terkenal dalam tradisi budaya Babah di Singapur.
Baca juga: Tentang Tokwi, Kain Batik Tulis Lasem
Batik Lasem masa itu dieksporasi secara besar-besaran ke Singapura dan Sri Lanka. Jelang tahun 1970-an, perlahan pesona sinar batik Lasem pudar. Saat memasuki beberapa rumah kuno di Pecinan Lasem, kami menjumpai peralatan tinggalan perusahaan batik rumahan, seperti surat-menyurat perdagangan batik, nota jual beli pewarna, surat pemesanan pembelian lilin dari Atapupu-Timor, botol-botol pewarna, bak pencucian, pidangan, bahkan cap batik, kini hanya teronggok menjadi kenangan.
Tak banyak nama orang Cina Lasem yang masih berjuang melanjutkan usaha batik warisan keluarganya. Tersebutlah nama Sigit Witjaksono dengan Batik Sekar Kencana, Merry Purnomo pemilik Batik Purnomo, Katrin dengan Batik Tulis Bee, Henry Ying yang meneruskan Batik Padi Boeloe dan Rajawali, Renny Priscilla melanjutkan tradisi batik halus Maranatha, Santoso pemilik batik Pusaka Beruang, dan Rudi Siswanto dengan Batik Kidang Mas.
-
Batik Pusaka Beruang
Berlokasi di Jalan Eyang Sambu-Jatirogo
-
Batik Bu Kiok
Rumah batik Bu Kiok, Karangturi. Ibu Kiok sudah meninggal, tapi usaha batik ini tetap berjalan dilanjutkan oleh keponakan beliau yang tinggal di Semarang. Lokasi di Karangturi Gang 6
-
Batik Nyah Sutra
Terletak di Karangturi.
-
Batik Maranatha
Reny, seniman muda batik di Kota Tua Lasem. Meneruskan usaha sang Ibunda. Rumah batiknya terletak di Karangturi. Berlokasi di Karangturi dekat jembatan Lasem
-
Kampung Batik Babagan
Jenis-jenisnya ada, Batik Sigit Witjaksono, Batik Katrin, Batik Dua Putri, Batik Padi Boeloe (Rajawali). Sigit Witjaksono, maestro batik Lasem. Terkenal dengan karya batiknya yang bercirikan karakter Han.
-
Batik Purnomo, Gedongmulyo
Merry Purnomo, melanjutkan usaha batik sang suami. Ia seorang seniman batik yang sering bereksperimen dengan aneka motif dan gaya baru.
-
Batik Kidang Mas, Babagan
Rudi Siswanto adalah generasi keenam Batik Kidang Mas.
[row]
[col span__sm=”12″]
[ux_banner height=”300px” bg=”2433″ bg_color=”rgb(255, 255, 255)” bg_overlay=”rgba(0, 0, 0, 0.6)” bg_pos=”0% 45%”]
[text_box width__sm=”70″ scale__sm=”100″ position_x=”95″ position_x__md=”95″ position_y=”90″ position_y__sm=”90″ position_y__md=”85″ text_align=”right”]
Kini bisa belanja Batik Lasem
di Pasar Rakyat Lasem
[button text=”Belanja Sekarang” color=”secondary” radius=”99″ icon=”icon-shopping-cart” icon_reveal=”true” link=”/pasar-rakyat-lasem”]
[/text_box]
[/ux_banner]
[/col]
[/row]
Author
-
Ia adalah penggemar berat sastra, terutama sastra Indonesia. Setelah mundur dari profesinya sebagai jurnalis, sekarang ia menikmati pekerjaannya sebagai pekerja paruh waktu. Kebanyakan sebagai travel writer, blogger di renjanatuju.com, scriptwriter film pendek, copywriter iklan, penulis fiksi, dan kontributor di pelbagai majalah.