Cobek batu barangkali merupakan satu-satunya peralatan dapur dari jaman batu yang masih digunakan hingga saat ini. Karakter batu yang kuat menjadikannya aman dan kuat. Tahan gerus dan tidak mudah terkelupas membuat proses penghalusan bahan makanan menjadi lebih mudah dan lebih tak mencemari bahan makanan serta awet dibandingkan cobek dari bahan lainnya. Di beberapa daerah di Pulau Jawa, cobek dan muntu, pasangannya, diberikan kepada pengantin baru sebagai pesan agar pasangan tersebut harus bekerja sama seperti cobek dan muntu. Tidak heran apabila cobek batu masih banyak digunakan di dapur-dapur mereka yang setia pada cita rasa khas masakan tradisional, maupun ditempatkan di sudut-sudut istimewa sebagai ornamen historik –estetik tradisional Indonesia.
Pengrajin cobek batu Desa Warugunung sejak lama membuat cobek dan lumpang/lesung secara tradisional. Pengalaman panjang pengrajin menatah batu alam telah memoles ketrampilan yang diturunkan pendahulunya untuk menghasilkan cobek berkualitas. Di sebuah rumah abad ke-19 di Pecinan Lasem bahkan masih dijumpai lumpang/lesung buatan pengrajin Desa Warugunung yang telah digunakan secara turun temurun oleh penghuninya.
Dibuat dalam 4 ukuran diameter (20 cm; 23 cm; 26 cm; 32 cm) dan dilengkapi dengan muntunya, cobek batu Warugunung dapat memenuhi beragam kebutuhan di dapur Anda. Disertai dengan tips perawatan cobek batu, diharapkan cobek batu Warugunung dapat bertahan lama tidak hanya dalam membantu Anda menciptakan berbagai hidangan penuh cita rasa, tetapi juga memelihara persahabatan Anda dengan Lasem.
Mari bergerak bersama kami, cintai warisan budaya Indonesia, lestarikan dan berikan harapan pada komunitas!